BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hedonisme adalah paham sebuah
aliran filsafat dari Yunani. Tujuan paham aliran ini, untuk menghindari
kesengsaraan dan menikmati kebahagiaan sebanyak mungkin dalam kehidupan di
dunia. Kala itu, hedonisme masih mempunyai arti positif. Dalam perkembangannya,
penganut paham ini mencari kebahagiaan berefek panjang tanpa disertai
penderitaan. Mereka menjalani berbagai praktik asketis, seperti puasa, hidup
miskin, bahkan menjadi pertapa agar mendapat kebahagiaan sejati.
Namun waktu kekaisaran Romawi
menguasai seluruh Eropa dan Afrika, paham ini mengalami pergeseran ke arah negatif
dalam semboyan baru hedonisme. Semboyan baru itu, carpe diem (raihlah
kenikmatan sebanyak mungkin selagi kamu hidup), menjiwai tiap hembusan napas
aliran tersebut. Kebahagiaan dipahami sebagai kenikmatan belaka tanpa mempunyai
arti mendalam.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Hedonisme ?
2. Bagaimana Perilak
Hedonisme di kalangan Remaja ?
3. Bagaimana Perilaku
Hedonisme di dalam dunia pendidikan?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui
bagaimana hedonisme di kalangan remaja
2. Untuk mengetahui
bagaimana hedonism di dalam dunia pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tentang Hendonisme
Hedonisme dalam
bahasa Yunani, hedone berarti kegembiraan, kesenangan, atau kenikmatan.
Secara sederhana, pengertian hedonisme adalah paham atau etika yang
diwujudkan dengan gaya hidup yang menjadikan kenikmatan atau kebahagiaan
sebagai tujuan utama dalam hidup. Hal ini sesuai dengan falsafah etika hedonisme yang berpandangan, bahwa
kenikmatan atau kesenangan adalah realitas hidup yang tidak perlu dihindarkan
dan setiap orang suka merasakan kesenangan atau kenikmatan. Orientasi hidup
selalu diarahkan ke sana dengan sebisa mungkin menghindari perasaan-perasaan
yang tidak enak atau menyakitkan. Dalam filsafat Yunani Hedonisme pertama kali
ditemukan oleh Aristoppos dari Kyrene (433 - 355 SM).
Kedangkalan makna mulai terasa. Pemahaman negatif
melekat dan pemahaman positif menghilang dalam hedonisme. Karena pemahaman
hedonis yang lebih mengedepankan kebahagiaan diganti dengan mengutamakan
kenikmatan.Pengertian kenikmatan berbeda dari kebahagiaan. Kenikmatan cenderung
lebih bersifat duniawi daripada rohani. Kenikmatan hanya mengejar hal-hal yang
bersifat sementara. Masa depan tidak lagi terpikirkan.Saat paling utama dan
berarti adalah saat ini. Bukan masa depan atau masa lalu. Hidup adalah suatu
kesempatan yang datangnya hanya sekali. Karena itu, isilah dengan kenikmatan
tanpa memikirkan efek jangka panjang yang akan diakibatkan.Bila terlampau
memikirkan baik buruknya hidup, akan sia-sia karena setiap kesempatan yang ada
akan terlewatkan. Demikian pemikiran hedonis negatif yang berkembang saat
ini.Pemikiran itu agaknya sangat cocok dengan gaya hidup masyarakat modern.
Individualitas dan nafsu untuk meraih kenikmatan sangat kental mewarnai
kehidupan kita. Hedonisme menurut Pospoprodijo (1999:60) kesenangan atau
(kenikmatan) adalah tujuan akhir hidup dan yang baik yang tertinggi. Namun,
kaum hedonis memiliki kata kesenangan menjadi kebahagiaan. Kemudian Jeremy
Bentham dalam Pospoprodijo (1999:61) mengatakan bahwasanya kesenangan dan
kesedihan itu adalah satu-satunya motif yang memerintah manusia, dan beliau
mengatakan juga bahwa kesenangan dan kesedihan seseorang adalah tergantung
kepada kebahagiaan dan kemakmuran pada umumnya dari seluruh masyarakat.
B.
Perilaku Hendonisme
dikalangan remaja
Generasi
yang paling tidak aman terhadap sebutan hedonis adalah remaja.Paham ini mulai
merasuki kehidupan remaja. Remaja sangat antusias terhadap adanya hal yang
baru. Gaya hidup hedonis sangat menarik bagi mereka. Daya pikatnya sangat luar
biasa, sehingga dalam waktu singkat munculah fenomena baru akibat paham
ini.Fenomena yang muncul, ada kecenderungan untuk lebih memilih hidup enak,
mewah, dan serbakecukupan tanpa harus bekerja keras. Titel "remaja yang
gaul dan funky " baru melekat bila mampu memenuhi standar tren saat
ini.Yaitu minimal harus mempunyai handphone, lalu baju serta dandanan
yang selalu mengikuti mode. Beruntung bagi mereka yang termasuk dalam golongan
berduit, sehingga dapat memenuhi semua tuntutan kriteria tersebut.Akan tetapi
bagi yang tidak mampu dan ingin cepat seperti itu, pasti jalan pintaslah yang
akan diambil. Tidaklah mengherankan, jika saat ini muncul fenomena baru yang
muncul di sekitar kehidupan kampus..Misalnya adanya "ayam kampus" (
suatu pelacuran terselubung yang dilakukan oknum mahasiswi ), karena profesi
ini dianggap paling enak dan gampang menghasilkan uang untuk memenuhi syarat
remaja gaul dan funky.
C. Perilaku
hendonisme di dalam dunia pendidikan
Gaya hidup
hedonis adalah suatu pola hidup yang aktivitasnya untuk mencari kesenangan
hidup, seperti lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah, lebih banyak
bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli barang mahal yang
disenanginya, serta selalu ingin menjadi pusat perhatian.
Hedonisme
adalah derivasi (turunan) dari liberalisme. Sebuah pandangan hidup bahwa
kesenangan adalah segalanya, bahkan kehidupan itu sendiri. Bagi kaum hedonis,
hidup adalah meraih kesenangan materi: sesuatu yang bersifat semu, sesaat, dan
artifisial. Pandangan ini lahir di Barat, yang memuja kebebasan berperilaku.
Di era
reformasi, masyarakat berharap munculnya pemimpin dari kaum muda, baik di level
kabupaten/kota, provinsi, maupun pusat. Beberapa pemimpin muda memang telah
lahir di daerah, tetapi belum untuk level nasional. Regenarasi kepemimpinan nasional
berjalan lambat. Kaum muda yang ditunggu-tunggu belum menunjukkan tanda-tanda
positif menjadi calon pemimpin bangsa.
D. Faktor yang
Mempengaruhi Hedonisme
Gaya hidup
hedonisme tentu ada penyebabnya. Ada banyak faktor ekstrinsik (faktor yang
datang dari luar) yang memicu emosi mereka menjadi hamba hedonism, antara lain
:
1.
Orang tua
dan kaum kerabat
Orang tua dan kerabat adalah
penyebab utama generasi mereka menjadi hedonisme. Orang tua lalai untuk
mewarisi anak dengan norma dan gaya hidup timur yang punya spiritual. Orang tua
tidak banyak mencampurtangankan anak tentang hal spiritual. Sebagian orang tua
jarang yang ambil pusing apakah anak sudah melakukan sholat atau belum, apakah
lidahnya masih terbata- bata membaca alif –ba-ta, dan tidak sedih melihat
remaja mereka kalau tidak mengerti dengan nilai puasa.
2.
Faktor
Bacaan
Faktor bacaan memang dapat mencuci
otak mahasiswa untuk menjadi orang yang memegang prinsip hedonisme. Adalah
kebiasaan mahasiswa kalau pulang kampus pergi dulu ke tempat keramaian, pasar,
paling kurang mampir di kios penjualan majalah dan tabloid. Mereka senang
dengan bacaan mengenai trend atau gaya hidup terbaru dan entertainment sehingga
timbul keinginan untuk mengikuti atau menirunya.
3.
Pengaruh
tontonan
Pengaruh tontonan, tayangan televisi
(profil sinetron, liputan tokoh selebriti dan iklan) juga mengundang mahasiswa
untuk mengejar hedonisme. Majalah remaja popular dan kebanyakan tema televisi
sama saja. Isinya banyak mengupas tema tema berpacaran, ciuman, pelukan,
perceraian, pernikahan. hamil di luar nikah dan bermesraan di muka publik sudah
nggak apa-apa lagi, cobalah dan lakukanlah ! seolah-olah beginilah ajakan misi
televisi dan majalah yang tidak banyak mendidik, kecuali hanya banyak
menghibur. Rancangan majalah popular dan tema televisi komersil di negara kita
memang sedang menggiring mahasiswa menjadi generasi konsumerisme bukan
memotivasi mereka untuk menjadi generasi produktif. Tema iklannya adalah
“manjakanlah kulitmu”. Andaikata semua mahasiswa dan mahasiswa melakukan hal
yang demikian, memuja kulit. Pastilah sawah dan ladang, serta lahan-lahan subur
makin banyak yang tidak terurus. Karena mereka semua takut jadi hitam. Pada hal
untuk manusia yang patut dimuliakan adalah kualitas intelektual, kualitas spiritual
dan kualitas hubungan dengan manusia (kualitas fikiran dan keimanan).
E.
Perilaku hendonisme
di sekitar kita
Apabila
paham ini sudah mulai mendominasi pemikiran seseorang, maka bentuk
perilakunyapun mengarah pada hedonis ini misalnya paham intertaintment yang
mendominasi aktifitas seseorang. Maka ketika seseorang berpakaian berdasar
kesenangan nafsu, mengikuti mode, berpakaian bukan karena norma ajaran Allah,
tanpa ia sadari telah masuk dalam hedonis ini. Tidaklah penting apakah
pakaiannya menutup aurat atau tidak, bahkan telanjang sekalipun tidak menjadi
masalah bila hal itu menyenangkan dirinya.
Perilaku merusak tembok, mencorat-coretnya demi kesenangan atau keisengan, ini juga bisa dikatakan akibat pengaruh hedonisme.Jalan-jalan ke mal, shopping untuk barang-barang konsumtif semata bisa merupakan indikasi bahwa seseorang mengidap hedonisme. Gaming sampai kecanduan karena senangnya sehingga melupakan waktu-waktu emasnya untuk meningkatkan kualitas dirinya atau untuk sesuatu yang berharga dalam kehidupan ini, maka ini juga mengarah pada perilaku hedonis.
Relasi pria
wanita yang dimata agama merupakan sesuatu yang sakral, yang diperbolehkan
dalam ikatan perkawinan yang sah, tetapi bagi kaum hedonis, termasuk pornografi
menjadi sesuatu yang dibebaskan karena semata untuk kesenganan jasmaniyah.Maka
yang semata diorentasikan untuk kesengan jasmani dan tidak beranjak dari domain
jasmani adalah perilaku hedonis.
Keengganan
untuk menanggung derita dan beratnya mencari ilmu, menghapal dan mulazamah
ustadz, juga merupakan perilaku hedonis, ia mengindari derita (pain).
Keengganan untuk berbagi makanan kepada yang lain, keengganan untuk untuk
merawat fasilitas publik misalnya kran wudhu, kebersihan kelas dan kamar, juga
cerminan dari perilaku hedonis. Karena dianggap memberatkan dirinya.
Shalat yang dirasakan memberatkan, membaca al qur’an dianggap membebani diri, mengikuti halaqah dianggap membosankan dan menyakitkan, berakhlak dan beretika dianggap membatasi dan mengekang diri, menyusahkan dan bila yang diinginkan adalah menginginkan sikap semau gue,seenaknya sendiri, memperturutkan hawa nafsu, kesenangan dan kepuasan nafsu, bisa jadi ia mengidap penyakit hedonis akut.
Shalat yang dirasakan memberatkan, membaca al qur’an dianggap membebani diri, mengikuti halaqah dianggap membosankan dan menyakitkan, berakhlak dan beretika dianggap membatasi dan mengekang diri, menyusahkan dan bila yang diinginkan adalah menginginkan sikap semau gue,seenaknya sendiri, memperturutkan hawa nafsu, kesenangan dan kepuasan nafsu, bisa jadi ia mengidap penyakit hedonis akut.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Penulis mencoba
menyajikan kesimpulan dari hasil penelitian ini berdasarkan pada tujuan
penelitian yaitu mengetahui pandangan individu yang ada di lingkungan Sekolah
Tinggi Bahasa Asing Persahabatan Internasional Asia Medan terhadap :
1. materi, hal dan kegiatan yang mendukung hedonisme
2. paham/ideologi hedonisme
3. faktor-faktor pendorong hedonisme.
Pandangan
individu yang ada di lingkungan Sekolah Tinggi Bahasa Asing Persahabatan
Internasional Asia Medan terhadap materi, hal dan kegiatan yang mendukung hedonisme
dapat diamati melalui kepemilikan materi atau melakukan kegiatan tertentu
dengan tujuan sebagai berikut :
1. individu cenderung memilih barang
branded karena alasan kualitas
2. tren menjadi prioritas individu
dalam membeli gadget baru, dengan keterangan bahwa tidak ada responden yang
tidak memiliki gadget.
Adapun
pandangan individu yang ada di lingkungan Sekolah Tinggi Bahasa Asing
Persahabatan Internasional Asia Medan terhadap paham/ ideologi hedonisme
cenderung negatif dan dapat dilihat dari pernyataan berikut ini:
1. penyuluhan tentang hedonisme wajib
dilakukan oleh pemerintah Indonesia
2. paham hedonisme merupakan malapetaka
bagi kehidupan manusia
3. gaya hidup yang hedonis mencerminkan
kesuksesan karier suatu individu atau kelompok
4. paham hedonisme membawa dampak
negatif bagi masyarakat Indonesia (khususnya remaja)
Sedangkan
pandangan individu di Sekolah Tinggi Bahasa Asing Persahabatan Internasional
Asia Medan terhadap faktor-faktor pendorong hedonisme dapat diuraikan sebagai
berikut :
1.
semakin mudahnya proses apply kartu kredit mendorong
perkembangan hedonisme
2.
hedonisme merupakan akar dari tindakan kriminal yang
marak terjadi
3.
individu yang dikelilingi oleh orang-orang yang
menganut paham hedonisme menyebabkan individu tersebut ikut menganut paham
hedonisme di masa depan
B.
Saran
Berdasarkan
kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan agar peneliti- peneliti yang
hendak meneliti masalah hedonisme di suatu lingkungan tertentu hendaknya dapat
melakukan penelitian pada suatu komunitas yang banyak melakukan perbuatan yang
mengarah ke kecenderungan hedonisme. Peran orang tua terhadap perilaku
anak-anaknya sangatlah penting, maka hendaknya dilakukan pengawasan terhadap
pergaulan anak (kaum muda). Ada baiknya apabila orang tua dapat menanamkan nilai
moral yang nantinya berguna bagi mereka. Misalnya, menanamkan sikap hidup
hemat, mengarahkan mereka pada pergaulan yang baik, dan mendidik mereka untuk
mandiri. Pemerintah Indonesia juga sebaiknya segera melakukan penyuluhan
tentang hedonisme, menciptakan masyarakat yang melek hedonisme, tidak bertindak
semena-mena demi kepuasan pribadi dan berusaha menciptakan batas-batas paham
hedonisme di masyarakat sehingga tercipta suasana hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara yang kondusif di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar