Kamis, 01 Februari 2018

MAKALAH HEDONISME



BAB I
PENDAHULUAN

     A.    LATAR BELAKANG

Hedonisme adalah paham sebuah aliran filsafat dari Yunani. Tujuan paham aliran ini, untuk menghindari kesengsaraan dan menikmati kebahagiaan sebanyak mungkin dalam kehidupan di dunia. Kala itu, hedonisme masih mempunyai arti positif. Dalam perkembangannya, penganut paham ini mencari kebahagiaan berefek panjang tanpa disertai penderitaan. Mereka menjalani berbagai praktik asketis, seperti puasa, hidup miskin, bahkan menjadi pertapa agar mendapat kebahagiaan sejati.

Namun waktu kekaisaran Romawi menguasai seluruh Eropa dan Afrika, paham ini mengalami pergeseran ke arah negatif dalam semboyan baru hedonisme. Semboyan baru itu, carpe diem (raihlah kenikmatan sebanyak mungkin selagi kamu hidup), menjiwai tiap hembusan napas aliran tersebut. Kebahagiaan dipahami sebagai kenikmatan belaka tanpa mempunyai arti mendalam.

    B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa itu Hedonisme ?
2.      Bagaimana Perilak Hedonisme di kalangan Remaja ?
3.      Bagaimana Perilaku Hedonisme di dalam dunia pendidikan?

    C.    TUJUAN PENULISAN
1.      Untuk mengetahui bagaimana hedonisme di kalangan remaja
2.      Untuk mengetahui bagaimana hedonism di dalam dunia pendidikan




BAB II
PEMBAHASAN

     A.    Pengertian Tentang Hendonisme
Hedonisme dalam bahasa Yunani, hedone berarti kegembiraan, kesenangan, atau kenikmatan. Secara sederhana, pengertian hedonisme adalah paham atau etika yang diwujudkan dengan gaya hidup yang menjadikan kenikmatan atau kebahagiaan sebagai tujuan utama dalam hidup. Hal ini sesuai dengan falsafah etika hedonisme yang berpandangan, bahwa kenikmatan atau kesenangan adalah realitas hidup yang tidak perlu dihindarkan dan setiap orang suka merasakan kesenangan atau kenikmatan. Orientasi hidup selalu diarahkan ke sana dengan sebisa mungkin menghindari perasaan-perasaan yang tidak enak atau menyakitkan. Dalam filsafat Yunani Hedonisme pertama kali ditemukan oleh Aristoppos dari Kyrene (433 - 355 SM).
Kedangkalan makna mulai terasa. Pemahaman negatif melekat dan pemahaman positif menghilang dalam hedonisme. Karena pemahaman hedonis yang lebih mengedepankan kebahagiaan diganti dengan mengutamakan kenikmatan.Pengertian kenikmatan berbeda dari kebahagiaan. Kenikmatan cenderung lebih bersifat duniawi daripada rohani. Kenikmatan hanya mengejar hal-hal yang bersifat sementara. Masa depan tidak lagi terpikirkan.Saat paling utama dan berarti adalah saat ini. Bukan masa depan atau masa lalu. Hidup adalah suatu kesempatan yang datangnya hanya sekali. Karena itu, isilah dengan kenikmatan tanpa memikirkan efek jangka panjang yang akan diakibatkan.Bila terlampau memikirkan baik buruknya hidup, akan sia-sia karena setiap kesempatan yang ada akan terlewatkan. Demikian pemikiran hedonis negatif yang berkembang saat ini.Pemikiran itu agaknya sangat cocok dengan gaya hidup masyarakat modern. Individualitas dan nafsu untuk meraih kenikmatan sangat kental mewarnai kehidupan kita. Hedonisme menurut Pospoprodijo (1999:60) kesenangan atau (kenikmatan) adalah tujuan akhir hidup dan yang baik yang tertinggi. Namun, kaum hedonis memiliki kata kesenangan menjadi kebahagiaan. Kemudian Jeremy Bentham dalam Pospoprodijo (1999:61) mengatakan bahwasanya kesenangan dan kesedihan itu adalah satu-satunya motif yang memerintah manusia, dan beliau mengatakan juga bahwa kesenangan dan kesedihan seseorang adalah tergantung kepada kebahagiaan dan kemakmuran pada umumnya dari seluruh masyarakat.


    B.     Perilaku Hendonisme dikalangan remaja
Generasi yang paling tidak aman terhadap sebutan hedonis adalah remaja.Paham ini mulai merasuki kehidupan remaja. Remaja sangat antusias terhadap adanya hal yang baru. Gaya hidup hedonis sangat menarik bagi mereka. Daya pikatnya sangat luar biasa, sehingga dalam waktu singkat munculah fenomena baru akibat paham ini.Fenomena yang muncul, ada kecenderungan untuk lebih memilih hidup enak, mewah, dan serbakecukupan tanpa harus bekerja keras. Titel "remaja yang gaul dan funky " baru melekat bila mampu memenuhi standar tren saat ini.Yaitu minimal harus mempunyai handphone, lalu baju serta dandanan yang selalu mengikuti mode. Beruntung bagi mereka yang termasuk dalam golongan berduit, sehingga dapat memenuhi semua tuntutan kriteria tersebut.Akan tetapi bagi yang tidak mampu dan ingin cepat seperti itu, pasti jalan pintaslah yang akan diambil. Tidaklah mengherankan, jika saat ini muncul fenomena baru yang muncul di sekitar kehidupan kampus..Misalnya adanya "ayam kampus" ( suatu pelacuran terselubung yang dilakukan oknum mahasiswi ), karena profesi ini dianggap paling enak dan gampang menghasilkan uang untuk memenuhi syarat remaja gaul dan funky.

    C.    Perilaku hendonisme di dalam dunia pendidikan
Gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang aktivitasnya untuk mencari kesenangan hidup, seperti lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah, lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli barang mahal yang disenanginya, serta selalu ingin menjadi pusat perhatian.
Hedonisme adalah derivasi (turunan) dari liberalisme. Sebuah pandangan hidup bahwa kesenangan adalah segalanya, bahkan kehidupan itu sendiri. Bagi kaum hedonis, hidup adalah meraih kesenangan materi: sesuatu yang bersifat semu, sesaat, dan artifisial. Pandangan ini lahir di Barat, yang memuja kebebasan berperilaku.
Di era reformasi, masyarakat berharap munculnya pemimpin dari kaum muda, baik di level kabupaten/kota, provinsi, maupun pusat. Beberapa pemimpin muda memang telah lahir di daerah, tetapi belum untuk level nasional. Regenarasi kepemimpinan nasional berjalan lambat. Kaum muda yang ditunggu-tunggu belum menunjukkan tanda-tanda positif menjadi calon pemimpin bangsa.

    D.      Faktor yang Mempengaruhi Hedonisme
Gaya hidup hedonisme tentu ada penyebabnya. Ada banyak faktor ekstrinsik (faktor yang datang dari luar) yang memicu emosi mereka menjadi hamba hedonism, antara lain :
1.      Orang tua dan kaum kerabat
Orang tua dan kerabat adalah penyebab utama generasi mereka menjadi hedonisme. Orang tua lalai untuk mewarisi anak dengan norma dan gaya hidup timur yang punya spiritual. Orang tua tidak banyak mencampurtangankan anak tentang hal spiritual. Sebagian orang tua jarang yang ambil pusing apakah anak sudah melakukan sholat atau belum, apakah lidahnya masih terbata- bata membaca alif –ba-ta, dan tidak sedih melihat remaja mereka kalau tidak mengerti dengan nilai puasa.
2.      Faktor Bacaan
Faktor bacaan memang dapat mencuci otak mahasiswa untuk menjadi orang yang memegang prinsip hedonisme. Adalah kebiasaan mahasiswa kalau pulang kampus pergi dulu ke tempat keramaian, pasar, paling kurang mampir di kios penjualan majalah dan tabloid. Mereka senang dengan bacaan mengenai trend atau gaya hidup terbaru dan entertainment sehingga timbul keinginan untuk mengikuti atau menirunya.
3.      Pengaruh tontonan
Pengaruh tontonan, tayangan televisi (profil sinetron, liputan tokoh selebriti dan iklan) juga mengundang mahasiswa untuk mengejar hedonisme. Majalah remaja popular dan kebanyakan tema televisi sama saja. Isinya banyak mengupas tema tema berpacaran, ciuman, pelukan, perceraian, pernikahan. hamil di luar nikah dan bermesraan di muka publik sudah nggak apa-apa lagi, cobalah dan lakukanlah ! seolah-olah beginilah ajakan misi televisi dan majalah yang tidak banyak mendidik, kecuali hanya banyak menghibur. Rancangan majalah popular dan tema televisi komersil di negara kita memang sedang menggiring mahasiswa menjadi generasi konsumerisme bukan memotivasi mereka untuk menjadi generasi produktif. Tema iklannya adalah “manjakanlah kulitmu”. Andaikata semua mahasiswa dan mahasiswa melakukan hal yang demikian, memuja kulit. Pastilah sawah dan ladang, serta lahan-lahan subur makin banyak yang tidak terurus. Karena mereka semua takut jadi hitam. Pada hal untuk manusia yang patut dimuliakan adalah kualitas intelektual, kualitas spiritual dan kualitas hubungan dengan manusia (kualitas fikiran dan keimanan).

    E.     Perilaku hendonisme di sekitar kita
Apabila paham ini sudah mulai mendominasi pemikiran seseorang, maka bentuk perilakunyapun mengarah pada hedonis ini misalnya paham intertaintment yang mendominasi aktifitas seseorang. Maka ketika seseorang berpakaian berdasar kesenangan nafsu, mengikuti mode, berpakaian bukan karena norma ajaran Allah, tanpa ia sadari telah masuk dalam hedonis ini. Tidaklah penting apakah pakaiannya menutup aurat atau tidak, bahkan telanjang sekalipun tidak menjadi masalah bila hal itu menyenangkan dirinya.

        Perilaku merusak tembok, mencorat-coretnya demi kesenangan atau keisengan, ini juga bisa dikatakan akibat pengaruh hedonisme.Jalan-jalan ke mal, shopping untuk barang-barang konsumtif semata bisa merupakan indikasi bahwa seseorang mengidap hedonisme. Gaming sampai kecanduan karena senangnya sehingga melupakan waktu-waktu emasnya untuk meningkatkan kualitas dirinya atau untuk sesuatu yang berharga dalam kehidupan ini, maka ini juga mengarah pada perilaku hedonis.

        Relasi pria wanita yang dimata agama merupakan sesuatu yang sakral, yang diperbolehkan dalam ikatan perkawinan yang sah, tetapi bagi kaum hedonis, termasuk pornografi menjadi sesuatu yang dibebaskan karena semata untuk kesenganan jasmaniyah.Maka yang semata diorentasikan untuk kesengan jasmani dan tidak beranjak dari domain jasmani adalah perilaku hedonis.

Keengganan untuk menanggung derita dan beratnya mencari ilmu, menghapal dan mulazamah ustadz, juga merupakan perilaku hedonis, ia mengindari derita (pain). Keengganan untuk berbagi makanan kepada yang lain, keengganan untuk untuk merawat fasilitas publik misalnya kran wudhu, kebersihan kelas dan kamar, juga cerminan dari perilaku hedonis. Karena dianggap memberatkan dirinya.
Shalat yang dirasakan memberatkan, membaca al qur’an dianggap membebani diri, mengikuti halaqah dianggap membosankan dan menyakitkan, berakhlak dan beretika dianggap membatasi dan mengekang diri, menyusahkan dan bila yang diinginkan adalah menginginkan sikap semau gue,seenaknya sendiri, memperturutkan hawa nafsu, kesenangan dan kepuasan nafsu, bisa jadi ia mengidap penyakit hedonis akut.




 
BAB III
PENUTUP

     A.    KESIMPULAN
Penulis mencoba menyajikan kesimpulan dari hasil penelitian ini berdasarkan pada tujuan penelitian yaitu mengetahui pandangan individu yang ada di lingkungan Sekolah Tinggi Bahasa Asing Persahabatan Internasional Asia Medan terhadap :
1. materi, hal dan kegiatan yang mendukung hedonisme
2. paham/ideologi hedonisme
3. faktor-faktor pendorong hedonisme.

Pandangan individu yang ada di lingkungan Sekolah Tinggi Bahasa Asing Persahabatan Internasional Asia Medan terhadap materi, hal dan kegiatan yang mendukung hedonisme dapat diamati melalui kepemilikan materi atau melakukan kegiatan tertentu dengan tujuan sebagai berikut :
1.      individu cenderung memilih barang branded karena alasan kualitas
2.      tren menjadi prioritas individu dalam membeli gadget baru, dengan keterangan bahwa tidak ada responden yang tidak memiliki gadget.

Adapun pandangan individu yang ada di lingkungan Sekolah Tinggi Bahasa Asing Persahabatan Internasional Asia Medan terhadap paham/ ideologi hedonisme cenderung negatif dan dapat dilihat dari pernyataan berikut ini:
1.      penyuluhan tentang hedonisme wajib dilakukan oleh pemerintah Indonesia
2.      paham hedonisme merupakan malapetaka bagi kehidupan manusia
3.      gaya hidup yang hedonis mencerminkan kesuksesan karier suatu individu atau kelompok
4.      paham hedonisme membawa dampak negatif bagi masyarakat Indonesia (khususnya remaja)

Sedangkan pandangan individu di Sekolah Tinggi Bahasa Asing Persahabatan Internasional Asia Medan terhadap faktor-faktor pendorong hedonisme dapat diuraikan sebagai berikut :
1.      semakin mudahnya proses apply kartu kredit mendorong perkembangan hedonisme
2.      hedonisme merupakan akar dari tindakan kriminal yang marak terjadi
3.      individu yang dikelilingi oleh orang-orang yang menganut paham hedonisme menyebabkan individu tersebut ikut menganut paham hedonisme di masa depan

     B.     Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan agar peneliti- peneliti yang hendak meneliti masalah hedonisme di suatu lingkungan tertentu hendaknya dapat melakukan penelitian pada suatu komunitas yang banyak melakukan perbuatan yang mengarah ke kecenderungan hedonisme. Peran orang tua terhadap perilaku anak-anaknya sangatlah penting, maka hendaknya dilakukan pengawasan terhadap pergaulan anak (kaum muda). Ada baiknya apabila orang tua dapat menanamkan nilai moral yang nantinya berguna bagi mereka. Misalnya, menanamkan sikap hidup hemat, mengarahkan mereka pada pergaulan yang baik, dan mendidik mereka untuk mandiri. Pemerintah Indonesia juga sebaiknya segera melakukan penyuluhan tentang hedonisme, menciptakan masyarakat yang melek hedonisme, tidak bertindak semena-mena demi kepuasan pribadi dan berusaha menciptakan batas-batas paham hedonisme di masyarakat sehingga tercipta suasana hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang kondusif di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).




DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar