Kamis, 01 Februari 2018

MAKALAH KONSUMERISME

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
         Konsumerisme memposisikan kita sebagai objek atau lebih kasar lagi sebagai korban untuk dihisap darah nya.
         Bagian-bagian tubuh yang seharusnya disyukuri sebagai anugerah Tuhan seperti rambut, kulit, dsb. di citra kan sebagai sesuatu yang harus disesali. Mau buktinya ?Pencitraan rambut yang indah adalah rambut yang lurus, membuat pemilik rambut keriting alami gelisah. Pencitraan kulit putih adalah cantik membuat pemilik kulit hitam manis menjadi menyesal.
         Demikian pula dengan pencitraan high class jika kita menggunakan merek-merek tertentu, mendorong Anda mengorek dompet lebih dalam.
         Disisi lain, banyaknya model ataupun feature feature tambahan dari produk, mengaburkan Anda terhadap kebutuhan akan fungsi produk, menjadi kebutuhan akan kepuasan.
         Ditambah banyaknya fasilitas penunjang seperti kartu kredit serta leasing semakin menyuburkan kebiasaan berhutang.
         Hal itu semua tidak lepas dari peran media informasi. Posisi media informasi saat ini telah bergeser posisinya menjadi media iklan. Kehausan manusia akan informasi telah ditunggangi sebagai jebakan maut yang akan mengantarkan Anda pada bentuk kecanduan lain yaitu konsumerisme.
         Hemat energi tidak bisa lepas dengan lawan katanya, yakni hidup boros. Ajakan untuk hemat energi secara nasional ini menandakan betapa borosnya hidup kita selama ini. Boros diartikan sebagai volume konsumsi yang melebihi kebutuhan yang sebenarnya. Katakanlah tidak adanya keseimbangan antara produksi dan konsumsi.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Apakah  Yang Di Maksud Dengan Konsumerisme?
2.      Apa Dampak  Konsumerisme ?
3.      Apa Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Konsumerisme ?
4.      Bagaimana Cara Mengatasi Masalah Konsumerisme Di Indonesia ?



1.3  Tujuan
Tujuan Dari Pembuatan Makalah Ini Adalah :
1.      Menganalisis Tentang Konsumerisme
2.      Mengkaji Dampak Positif Dan Negative Konsumerisme
3.      Mencari Solusi Untuk Mengatasi Masalah Konsumerisme Di Indinesia


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konsumerisme
Konsumerisme merupakan paham atau ideologi yang menjadikan seseorang atau kelompok yang menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan. Hal tersebut menjadikan manusia menjadi pecandu dari suatu produk, sehingga ketergantungan tersebut tidak dapat atau susah untuk dihilangkan. Sifat konsumtif yang ditimbulkan akan menjadikan penyakit jiwa yang tanpa sadar menjangkit manusia dalam kehidupannya.

2.2 Dampak Konsumerisme
Dampak dari konsumerisme dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu dampak positif dan dampak negatif.

Dampak positif:
1.            Kebutuhan pribadi dapat terpenuhi.
2.            Timbul rasa puas pada diri seseorang.
3.            Memberi rasa nyaman dan mempermudah kita dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Misalnya kita membeli mobil, maka dengan mobil itu kita dapat dengan mudah berpergian tanpa harus naik angkutan umum.
4.            Memberi keuntungan kepada penjual atau produsen.
5.            Menambah pengalaman, maksudnya jika seseorang membeli sesuatu yang baru maka seseorang akan bisa merasakan setiap perubahan atau pun model barang yang sebelumnya tidak pernah diketahui.

Dampak negatif:
1.          Menimbulkan prilaku konsumtif.
2.          Terjadi pemborosan karena pengeluaran tidak terkontrol.
3.          Menimbulkan kesenjangan sosial.
4.          Mendorong seseorang untuk berbuat sifat hedonis.
5.          Memiliki sifat tidak puas, karena selalu ingin memiliki sesuatu yang baru.


2.3 Faktor-Faktor Penyebab Konsumerisme
Banyaksekali faktor-faktor yang menyebabkan seseorang berprilaku konsumerisme, diantaranya :
v  Faktor dari dalam diri individu seperti dinyatakan sebelumnya, setiap orang memiliki motivasi dari dalam dirinya untuk berprilaku konsumerisme.
v  Pengaruh individu lain salah satu sifat negatif yang dimiliki manusia yaitu mudah sekali terpengaruh. Misalnya saja terpengaruh oleh iklan-iklan yang berkembang di pasaran. Agar tidak dikatakan ketinggalan zaman, mereka rela menghabiskan uang demi hal yang kurang penting.
v  Jumlah materi (uang) yang dimiliki setiap orang memiliki tingkat kekayaan yang berbeda-beda. Orang yang memiliki kekayaan lebih seringkali memanfaatkan kekayaannya ke dalam hal-hal yang negatif. Namun bukan berarti orang yang memiliki penghasilan rendah tidak memiliki perilaku konsumtif hanya saja cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan mereka yang memilki materi lebih, karena keterbatasan yang mereka miliki cukup besar.
v  Pendidikan seseorang yang diberikan pengetahuan tentang manfaat suatu barang atau kebutuhan akan mepertimbangkan terlebih dahulu sebelum melakukan pengeluaran untuk memperoleh suatu barang. Apa manfaatnya dan bagaimana cara memperoleh barang tersebut. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi perilaku konsumerisme. Dan dalam hal ini yang paling berperan adalah keluarga. Orang tua seharusnya menjadi orang pertama yang mengarahkan kebiasaan seorang anak, salah satunya kebiasaan dalam mengambil keputusan untuk memenuhi kebutuhannya.
2.4 Sejarah Konsumerisme
Budaya konsumen dilatarbelakangi oleh munculnya masa kapitalisme yang diusung oleh Karl Marx yang kemudian disusul dengan liberalisme. Budaya konsumen yang erupakan jantung dari kapitalisme adalah sebuah budaya yang di dalamnya terdapat bentuk halusinasi, mimpi, artifilsialitas, kemasan wujud komoditi, yang kemudian dikonstruksi sosial melalui komunikasi ekonomi (iklan, show, media) sebagai kekuatan tanda (semiotic power) kapitalisme.
Asal mula konsumerisme dikaitkan dengan proses industrialisasi pada awal abad ke-19. Karl Marx menganalisa buruh dan kondisi-kondisi material dari proses produksi. Menurutnya, kesadaran manusia ditentukan oleh kepemilikan alat-alat produksi. Prioritas ditentukan oleh produksi sehingga aspek lain dalam hubungan antarmanusia dengan kesadaran, kebudayaan, dan politik dikatakan dikonstruksikan oleh relasi ekonomi.
Kapitalisme yang dikemukakan oleh Marx adalah suatu cara produksi yang dipremiskan oleh kepemilikan pribadi sarana produksi. Kapitalisme bertujuan untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya, terutama dengan mengeksploitasi pekerja. Realisasi nilai surplus dalam bentuk uang diperoleh dengan menjual produk sebagai komoditas. Komoditas adalah sesuatu yang tersedia untuk dijual di pasar. Sedangkan komodifikasi adalah proses yang diasosiasikan dengan kapitalisme di mana objek, kualitas, dan tanda berubah menjadi komoditas.
2.5 Proses Gaya Hidup
Dalam masyarakat konsumer terdapat proses konsumsi dan pengembangan gaya hidup (Feathersone, 2005). Pembelajaran melalui majalah, koran, televisi, dan radio yang menekan peningkatan diri, transformasi personal, cara mengelola kepemilikan, hubungan dan ambisi, serta cara membangun gaya hidup. Maka, mereka yang bekerja di media, desain, mode, dan periklanan serta para intelektual informasi yang memberi pelayanan serta memproduksi, memasarkan dan menyebarkan barang simbolik sebagai perantara budaya baru (Bordieu, 1984). Dalam wacana kapitalisme, semua yang diproduksi pada akhirnya akan didekonstruksi oleh produksi baru berikutnya, berdasar hukum “kemajuan” dan “kebaruan”. Dan karena dukungan media, realitas-realitas diproduksi mengikuti model-model yang ditawarkan oleh media (Piliang dalam Ibrahim, 1997, hal. 200).
Budaya konsumerisme muncul setelah masa industrialisasi ketika barang mulai diproduksi massal sehingga butuh konsumen banyak. Media menempati posisi strategis sekaligus menentukan calon konsumen. Jadi motivasi membeli tidak lagi dari diri sendiri berdasar kebutuhan riil, namun karena otoritas lain memaksa membeli. Semakin cantik acara disajikan akan semakin mengundang banyak penonton. Selanjutnya, rating tinggi merangsang produsen untuk memasang iklan yang merupakan proses persuasi efektif dalam pengaruhi keputusan masyarakat dalam mengonsumsi.

2.6 Mengatasi Prilaku Konsumerisme
    Untuk mengatasi masalah prilaku konsumtif tentunya membutuhkan kerja keras dari semua pihak, yang terkecil adalah lingkup keluarga. Kebiasaan memberi uang jajan pada anak merupakan tindakan yang salah, suatu tindakan yang dapat menciptakan pola hidup boros bagi anak. Dalam hal ini sebaiknya orang tua tidak memberikan anak uang jajan melainkan dengan membelikannya apa yang dia inginkan dibawah kontrol dan kendali orang tua. Yang luput dari perhatian adalah kebiasaan jajan di sekolah, bagi sekolah mungkin ini sangat menguntungkan karena barang jualan di kantin sekolah bakal laku keras di jam-jam istrahat, akan tetapi sebenarnya sekolah telah melakukan pembiaran terhadap anak didik untuk hidup boros.
Tingginya perilaku konsumtif masyarakat Indonesia sudah tertanam sejak usia dini, sehingga semakin lama semakin sulit untuk keluar dan terbebas dari pola hidup konsumtif tersebut. Beberapa kebiasaan yang menjadi penyebab tingginya perilaku konsumtif di Indonesia, antara lain:
1.      Orang tua membiasakan anaknya sejak usia dini dengan uang jajan
2.      Adanya pembiaran dari pihak sekolah terhadap peserta didiknya untuk jajan secara berlebihan
3.      Gaya hidup modern yang terlalu bebas dan tidak terkontrol
Ketiga sebab di atas telah melahirkan generasi konsumtif, generasi yang akan membuat laju inflasi menjadi tidak terkontrol, generasi yang tidak dapat mandiri, generasi yang selalu membutuhkan uluran tangan dari orang lain.
Olehnya itu, menyelamatkan generasi bangsa membutuhkan sebuah gerakan yang dapat menyadarkan orang tua sebagai penentu perubahan gaya hidup anak dan sekolah sebagai pijak dan pilar penanaman pemahaman dan penciptaan budaya hidup hemat.
Jika tidak dilakukan dari sekarang maka kedepan negara ini khususnya generasi mendatang menjadi generasi ketergantungan, generasi yang tidak memiliki kompetensi untuk melahirkan karya dan produk-produk sebagai wujud dari kemandirian.
Langkah-langkah untuk mengatasi prilaku konsumtif adalah dengan mengenali sebab-sebabnya untuk melahirkan solusi misalnya kalau berdasarkan sebab-sebab diatas dapat dilakukan:
1.      Menyadarkan orang tua tentang bahaya pemberian uang jajan kepada anak
2.      Memberlakukan batasan besaran jajanan per siswa di sekolah
3.      Meningkatkan disiplin diri melalui berbagai pembiasaan hidup hemat yang dipelopori oleh organisasi-organisasi atau kelompok-kelompok kepemudaan.


BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Konsumerisme ialah gerakan menyeimbangkan kedudukan antara konsumen, pelaku usaha dan negara, tidak hanya isu kehidupan sehari-hari, namun kualitas produk, termasuk HAM dan dampaknya bagi konsumer. Dalam kosumerisme terdapat berbagai unsur yang harus diperhatikan seperti masyarakat consumer, proses gaya hidup, budaya consumer dan model dan penelitian terhadap perilaku konsumen.
Seorang konsumen harus dilindungi hak serta kewajibannya, maka dibentuk lembaga perlindungan konsumen, salah satunya ialah YLKI. Dalam perlindungan konsumen ini terdapat beberapa asas diantaranya : asas manfaat, asas keadilan, asas keseimbangan,  asas keamanan dan keselamatan konsumen, dan asas kepastian hukum. Tujuan perlindungan ini adalah untuk tingkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian; mengangkat harkat dan martabat; tingkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut haknya; menciptakan kepastian hukum dan keterbukaan informasi; dan meningkatkan kualitas barang atau jasa.
Globalisasi menghilangkan batas negara guna mengonsumsi suatu produk atau jasa. Teknologi informasi memudahkan konsumen mendapat informasi perilaku konsumsi, produk, dan gaya hidup di negara lain dan pengaruhi perilaku konsumsi itu sendiri. Perubahan perilaku konsumen ini dapat diketahui berdasarkan beberapa alasan perubahan atas unsur – unsur sebagai berikut : perubahan demokrafi, perubahan teknologi, masalah lingkungan, gaya hidup, dan perubahan sikap.



DAFTAR PUSTAKA

       http://psikologi-zone.blogspot.co.id/2015/02/konsumerisme.html
       https://id.wikipedia.org/wiki/Perlindungan_Konsumen
       http://anisa08.student.ipb.ac.id/2010/06/18/perilaku-konsumen/
       https://manajement.info/2012/05/14/konsumerisme-perlindungan-konsumen-dan-perubahan-perilaku/
       http://yulianaritongaug.blogspot.co.id/2015/06/bab-xii-perlindungan-konsumen.html
       http://definisimu.blogspot.com/2012/08/definisi-inovasi.html
       http://retnomayapada.blogspot.com/2012/11/sejarah-uang_1.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar